Renungan 1 Muharam 1430 H

5:50:00 AM di 5:50:00 AM

“Demi Masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih dan saling nasehat dalam kebenaran dan saling nasehat dalam kesabaran.”
(QS. Al Ashr: 1-3

Ada apa dengan ‘waktu’ sehingga

Allah SWT berfirman atas namaNya? Begitupun dalam surat lain, Allah juga banyak
menggunakan kata turunan dari waktu.

Allah SWT ingin mengingatkan manusia
betapa pentingnya waktu. Ada banyak kewajiban dari seorang muslim sehingga seorang
imam besar di Mekkah pernah mengatakan kewajiban muslim lebih banyak ketimbang
waktu yang tersedia.

Momen pergantian tahun bagi
seorang muslim adalah momen untuk menuju perbaikan diri. Di sanalah tempat amal
dinilai dan diperbandingkan dengan amal pada tahun sebelumnya. Apakah lebih
baik, sama atau bahkan lebih buruk.

“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr: 18)

Dengan apa setiap detik-detik
kehidupan akan kita isi, Allah akan menanyakannya kepada kita dalam kubur nanti.
Malaikat bertanya “Di mana umurmu dihabiskan?”

Kemudian di Padang Mahsyar, Allah
akan membeberkan semua tanpa terkecuali apa-apa yang telah kita lakukan, yang
tersembunyi atau yang terang-terangan. Allah akan menghadirkan saksi yang tak
lain adalah tangan kita, kaki kita dan anggota tubuh lainnya. Mereka akan
bercerita dengan fasih apa saja yang pernah kita lakukan.

Hakikat pergantian tahun baru
sebenarnya adalah sebuah pertambahan usia dengan satuan terkecilnya adalah
detik. Detak jantung kita tidak lain adalah suara kita mengetuk pintu kematian.
Hanya saja kita tidak pernah tahu kapan pintu itu akan dibuka. Jika telah
dibuka maka berhenti pula detak jantung kita.

Rasulullah bersabda: “Demi Allah,
aku beristigfar dan bertaubat kepada Allah sehari lebih dari tujuh puluh kali.”
(HR. Bukhari)

Sekarang, saatnya kita membasuh
luka dengan obat istighfar dan menyucikan diri dengan air mata taubat. Jika
Rasul SAW yang telah diampuni dosa beliau sebelum dan sesudahnya (ma’shum)
beliau bertaubat lebih dari 70 kali sehari, lantas bagaimana dengan kita yang
otaknya telah terpolusi pikiran jahili, yang perutnya terisi makanan yang
dipertanyakan halal haramnya, dan rohaninya kosong dan rapuh oleh godaan
duniawi.

Bahkan Nabi Yunus AS pernah
berdo’a: “Tiada Tuhan selain Engkau, Maha suci Engkau. Sesungguhnya aku adalah
termasuk orang-orang yang zolim.” Sedangkan Nabi Adam AS berdo’a: “Ya Tuhan
kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni
kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.”

Para nabi bukan tidak pernah
berbuat salah. Mereka juga manusia, sama seperti kita. Apa yang membuat mereka
tetap dicintai Allah adalah mereka bertaubat terhadap kesalahan mereka dan
menyesal serta tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama.

Itulah sebabnya mengapa Umar
memilih saat hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah sebagai permulaan bulan dalam
kalender Hijriah.

Karena hikmah perpindahan
(hijrah) yang ingin disampaikan oleh beliau. Yaitu perpindahan dari keburukan
menjadi kebaikan, dari pekat kegelapan menuju kepada gilang-gemilang cahaya.

0 komentar:

Posting Komentar